Minggu, 08 Januari 2012

satuan acara penyuluhan kb suntik 3 bulan


SATUAN ACARA PENYULUHAN
KB SUNTIK 3 BULAN DEPO MEDROKSI PROGESTERON


           

                                      







DISUSUN:
SYLVIE PUSPITA (2008.03.0176)






SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2012




KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. sehingga penulis dapat menyelesaikan SAP ini dengan judul Hubungan kontrasepsi suntik 3 bulan Depo Medroksi Progesteron dengan peningkatan berat badan”. Dalam penyusunan SAP ini, penulis tidak luput dari hambatan dan kesulitan tetapi karena  bantuan dan saran dari berbagai pihak  penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih:
1.Dra. Soelijah Hadi, M.Kes., MM., selaku Ketua STIKES Husada Jombang.
2.Zuhrotul Umaroh, S.Kep.,Ns selaku ketua Program Studi S1 Keperawatan STIKES Husada Jombang.
3.Yunus Adi Wijaya S.Kep.,Ns  selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini
4.Yusiana Vidhi Astutik, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.
5.dr.Suparyanto.,M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang
6.Kepala Puskesmas Tambak Rejo beserta staf yang telah mengijinkan melakukan satuan acara penyuluhan (SAP) di Puskesmas Tambak Rejo
7.Dan semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran SAP
Penulis sadar bahwa skripsi ini banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik saran dari pembaca sangat penulis harapkan.
Jombang,    April 2012
Penulis
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik        :  KB Suntik 3 bulan Depo Medroksi Progesteron
Sasaran    :  Pengunjung Puskesmas Tambak Rejo
Waktu      :  Alokasi waktu 1x 30 menit
15 menit untuk penyampaian materi
10 menit untuk tanya jawab
5 menit untuk evaluasi
Tempat     :  Puskesmas Tambak Rejo
Penyuluh  :  Sylvie Puspita (2008.03.0176)
A.    Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan keluarga dan pasien dapat :
1)      Menjelaskan tentang pengertian DMPA
2)      Menjelaskan tentang efektivitas DMPA
3)      Menjelaskan tentang cara kerja DMPA
4)      Menjelaskan kuntungan dan kerugian DMPA
5)      Indikasi dan Kontraindikasi
6)      Waktu mulai pemberian
7)      Efek samping

B.     Metode
1)      Ceramah
2)      Tanya jawab
3)      Demontrasi gambar dan tulisan
C.    Alat Peraga
1)      Leaflet
2)      Gambar dan tulisan


D.    Materi
1.      Definisi
Depo medroksi progesteron merupakan salah satu alat kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu 150 mg Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) yang diberikan tiap 3 bulan dengan cara di suntik IM (didaerah bokong). (Syaifudin, 2003:MK-40)
2.      Efektivitas
DMPA mempunyai efektifitas tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun, asal penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang ditentukan. (Syaifuddin, 2003 : MK-41)
3.      Cara kerja
1.        Mencegah ovulasi
        Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge). Respon kelenjar hipofise terhadap terhadap gonadotropin releasing hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan berbeda dengan POK, yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hipofise. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan hipo-estrogenik.
        Pada DMPA, endonetrium menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjadi oedemastus. Dengan pemakaian jangka-lama,endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau hanya didapatkan sedikit sekali jaringan bila dilakukan biopsi. Tetapi perubahan-perubahan tersebut akan akan kembli menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA yang terakir.(Hartanto,2004:199)
2.        Implantasi
Pemberian progetseron eksogenus dapat menggangu kadar puncak FSH dan LH, sehingga meskipun terjadi ovulasi, produksi progesterone yang berkurang dari corpus luetum menyebabkan penghambatan dari implantasi. Pemberian esterogen secara sistemik dan untuk jangka waktu lama menyebabkan endometrium mengalami keadaan “istirahat” dan atropi.(Hartanto,2004:99)
3.        Transpor gamet/ ovum
Pengangkutan ovum dapat diperlambat bila diberikan progesteron sebelum terjadi fertilisasi yang dapat menyebabkan peninggian insidens implementasi ektopik (tuba), pada wanita yang memakai kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron.(hartanto,2004:99)
4.        Leteolysis
Pemberian jangka panjang progesteron dapat menyebabkan fungsi luteum yang tidak adekuat pada siklus haid yang mepunyai ovulasi.(Hartanto,2004:99)
5.        Lendir cerviks yang kental
Dalam 48 jam setelah pemberian progesteron sudah tampak lendir serviks yang kental, sehingga mobilitas dan daya penetrasi dari spermatozoa sangat terhambat. Lendir servic yang “bermusuhan atau tidak ramah”untuk spermatozoa adalah lendir yang jumlahnya sedikit, kental dan seluler serta kurang menunjukkan ferning danspinnbarkeit. (Hartanto,2004:100)
4.      Keuntungan
1.       Mudah digunakan, tidak memerlukan aksi sehari-hari atau aksi senggama.
2.       Aman, tidak mempunyai efek yang serius terhadap kesehatan.
3.       Sangat efektif, sama efektifnya seperti sterilisasi dan kontrasepsi intrauterin dan kontrasepsi impant.
4.       Bebas dari masalah yang berkaitan dengan estrogen.
Tidaklah mengherankan bahwa kombinasi streroid terbukti sedemikian dalam mengendalikan reproduksi namun juga benyak mempengarui sistem fisiologis lainnya. Masalah berkaitan dengan kandungan EE, karena esterogen poten dalam paruh waktu yang lama ini bersifat protombrik. (Anna Gleiser dan Ailsa Gebbie,2006:103)
5.       Meningkatkan laktasi
Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah mungkin dapat memperbaiki kuantitas ASI (memperbanyak produksi ASI). DMPA tidak mengubah komposisi ASI. Juga tidak ditemukan efek imunologik (perubahan konsentrasi imunoglobulin) pada ASI mantan akseptor DMPA atau NET EN. Memang ditemukan sejumlah kecil hormon didalam ASI, tetapi tidak mempunyai efek pada bayinya misalnya berat badan atau perkembangan bayi tidak terganggu.   (Hartanto,2004:173)
5.      Kerugian
1.       Pola perdarahan tidak teratur
Apabila wanita mengalami perdaran tidak teratur, ia harus dianjurkan untuk kembali sebelum dilakukan suntikan berikutnya sehingga suntikan dapat diberikan lebih awal. Apabila tidak ada perbaikan pada pola perdarahan, ia harus diberikan esterogen pada saat bersamaan, baik berupa pil kombinasi atau bila pil ini dikontraindikasikan dalam bentuk terapi sulih hormon. Sebagian besar wanita mengalami perdarahan rembesan menemukan bahwa keluhan ini membaik dengan sendirinya, biasanya pada suntikan keempat. (Everett,2008:177)
2.       Bertambahnya jerawat dan perubahan MOOD
Jerawat kadang-kadang disebabkan atau diperberat oleh progesteron yang androgenik misalnya levonorgestel atau NET. perawatan yang baik biasanya dapat membawa wanita yang menggunakan kontrasepsi bisa melewati masa penyesuaian dengan metode baru walaupun kadang metode tersebut perlu dihentikan (Glasier dan Gebie,2006:96). Beberapa wanita mungkin mengeluhkan bertambahnya jerawat dan perubahan mood. Hal ini biasanya membaik, terapi vitamin B6 dan minyak evening primose dapat bermanfaat untuk meredakannya. Apabila tidak ada perubahan gejala, hal ini harus di bahas bersama wanita tersebut. Ia mungkin mengganti metodenya atau mengobati jerawatnya. (Everret,2008:178).
3.       Suntikan tidak dapat ditarik lagi
Wanita harus dapat menerimanya setelah suntikan diberikan, suntikan tidak dapat ditarik kembali sehingga efek samping yang tidak diharapkan yang mereka alami, meskipun berlangsung jangka pendek, akan berlanjut samapai suntikan kedaluwarsa setelah 12 minggu.(Eveerret,2008:174)
4.       Pemulihan fertilitas tertunda
Ini hanya menjadi masalah bagi pemakai DMPA, yang mungkin mengalami interval berkepanjangan sebelum ovulasi normal pulih. Penundaan ini mungkin disebabkan oleh menetapnya MPA dalam sirkulasi, karena mikrokristal di depot yang disuntikkan tersebut kadang-kadang larut sangat lambat. Penundaan pemulihan kesuburan rata-rata berlangsung 7-8 bulan setelah perhitungan efek 3-4 bulan dari suntikan terakir. Hal ini berarti bahwa sebagian wanita akan memerlukan waktu lebih dari setahun untuk dapat hamil. Tidak terdapat bukti bahwa DMPA menyebabkan sterilitas permanen. Net-EN menyebabkan penundaan yang sangat singkat, tetapi kontrasepsi suntik kombinasi tidak diketahui dapat menimbulkan efek berkepanjangan setelah dosis terakir. (Gleiser dan Gebbie,2006:103)
5.       Diperlukan penyuntikan yang teratur
Harus dibahas evektivitas dan frekuensi penyuntikan dan berapa kali suntikan harus diberikan. Kadang kala, wanita telah memiliki kesan bahwa DMPA dapat diberikan setiap 3 bulan. DMPA dapat diberikan lebih dari 12 minggu sehingga penting frekuensi interval dalam hitungan minggu.(Everett,2008:174)
6.       Tidak ada perlindungan terhadap penyakit menular seksual/ HIV. (Speroff, 2003:191)
6.      Indikasi
1.       Usia reproduksi (ramaja sampai wanita usia 40 tahun)
2.       Nulipara dan yang telah mempunyai anak
3.       Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi. Angka kegagalan yang pernah dilaporkan di hampir semua studi besar dibawah 0,5 per 100 tahun wanita untuk DMPA. DMPA sekarang dilisensi untuk pemakaian kontrasepsi umum jangka panjang.
4.       Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai (setelah enam minggu pascapartum). Salah satu keunggulan dari metode kontrasepsi progesteron yaitu tidak adanya efek merugikan menyusui dan tidak adanya bukti pengurangan jumlah atau kualitas ASI serta tidak adanya efek pada pertumbuhan dan perkembangan bayi (Anna Glasier dan Alisa Gebbie,2006:89)
5.       Telah banyak anak namun belum menghendaki tubektomi
Metode progesteron dapat digunakan sampai menoupose dan bahkan mungkin meringankan gejala menoupose. Anna Glasier dan Alisa Gebbie,2006:92)
6.       Perokok , bagi wanita yang berusia lebih tua dan perokok yang berumur lebih dari 35 tahun dipastikan resiko penyakit kardiovaskuler. Resiko ini tampaknya tidak meningkat oleh metode progesteron. Metode progesteron dapat digunakan sampai menoupose dan bahkan mungkin meredakan gejala perimenoupose.(Anna Glasier dan Alisa Gebbie,2006:92)
7.       Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah. Timbulnya hipertensi sewaktu menggunakan progesteron jarang terjadi, dan biasanya tidak berkaitan dengan pemakaian progesteron tersebut. Hipertensi ringan atau saat tekanan atau saat tekanan darah terkontrol dengan baik, metode dapat diberikan dan dianjurkan dengan dosis rendah dan harus diperiksa secara berkala. Untuk hipertensi berat atau sedang progesteron dosis rendah dapat diberikan dengan pengawasan yang ketat. Efek merugikan pada semua bagian dari proses koagulasi fibrinolitik tampaknya minimal, dan tampaknya tidak terjadi induksi keadaan hiperkoagulasi bahkan pada metode dengan dosis yang lebih tinggi. Sebuah studi memperlihatkan tidak adanya peningkatan secara bermakna dalam resiko relatif untuk stroke, infark miokardium, atau penyakit tromboembulus vena paada wanita yang menggunakan kontrasepsi progesteron dalam bentuk kontrasepsi suntik atau pil. .(Anna Glasier dan Alisa Gebbie:89-90)
8.       Menggunakan obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat) atau obat TBC (rifampisin). Umumnya informasi mengenai metode progesteron masih jauh sedikit, obat-obat yang menginduksi enzim hati seperti rimfapisin dan beberapa anti epilepsi kadang-kadang menurunkan evektivitas progesteron namun ini nampaknya kurang menjadi masalah dibandingakan dengan interaaksi obat pada pil kombinasi. Kontrasepsi suntik sangat cocok untuk pengidap epilepsi karena frekuensi kejang sering berkurang oleh kadar hormon stabil ( Anna Glasier dan Alisa Gebbie:89-90)
9.       Saat wanita menyatakan keinginannya untuk menggunakan kontrasepsi hormon, tetapi esterogen dikontraindikasikan, esterogen tidak dapat ditoleransi dengan baik, profil efek samping atau komplikasi esterogen tidak disukai.( Anna Glasier dan Alisa Gebbie:92)
10.   Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi. (Saifuddin, 2003:MK-42).
11.   Penyakit sel sabit
Terdapat banyak bukti bahwa DMPA akan memperbaiki gambaran hematologis dan mengurangi insidensi krisis pembentukan pembentukan sel sabit yang nyeri. Progesteron lain mungkin menjadi alternatif tetapi esterogen sebaiknya dihindari. (Anna Glasier dan Alisa Gebbie,2006:112)
7.      Kontra Indikasi
1.       Hamil atau dicurigai hamil.
2.       Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3.       Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorhoe. Amenore sering terjadi pada pemberian DMPA dan NET-EN, tetapi juga dapat terjadi pada semua metode lain. Kehamilan perlu disingkirkan, walaupun hal ini jarang terjadi pada metode-metode jangka panjang, apabila ragu-ragu, maka haru selalu dilakukan uji kehamilan. Amenore berkepanjangan pada pemberian progesteron tidak diketahui memahayakan, dan banyak wanita yang merasa amenore tidak alamiah, dapat diambil analogi yang masuk akal dengan amenore laktasi. Konseling sebelum terapi mengenai berbagai kemungkinan kelainan menstruasi termasuk amenore, merupakan hal yang penting bagi semua metode progesteron.
4.       Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
Wanita dengan kanker payudara sebaiknya menghindari pemakaian progesteron, kecuali bila pemakaian alternatif tidak cocok . mungkin sebagian kecil kanker payudara pada wanita muda dipicu oleh pajanan progesteron, walaupun sebagian yang lain mungkin malah dihambat.( Anna Glasier dan Alisa Gebbie:111)
8.      Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan DMPA
1.       Mulai hari pertama sampai hari ketujuh siklus haid.
2.       Pada ibu yang tidak haid injeksi pertama dapat diberikan setiap saat asalkan saja ibu tersebut tidak hamil, dalam 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. 
3.       Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.
4.       Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
5.       Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu di suntik setelah hari ke 7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
6.       Ibu ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke- 7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke 7 siklus haid, asal saja yakin klien tersebut tidak hamil
7.       Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur suntikan pertama dapat diberikan setiap saat asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. (Syaifudin, 2003:MK-43)
9.      Efek Samping
1.       Amenorhea
Amenorea merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik dalam sebagian besar siklus menstruasi wanita dewasa. Sepanjang kehidupan individu ,tidak adanya menstruasi dapat berkaitan dengan kejadian hidup yang normal seperti kehamilan, menopouse, atau penggunaan metode pengendalian tertentu.istilah amenore secara tradisonal ditetapkan pada salah satu dari ketiga kondisi klinis di bawah ini:
1.      Masa remaja awal (usia 14 tahun atau lebih muda), yang belum pernah mens dan belum menampakkan adanya tanda-tanda karakteristik seksual sekunder
2.      Masa remaja (16 tahun atau lebih muda) yang belum pernah mens dan belum menampakkan adanya tanda-tanda karakteristik seksual sekunder
3.      Wanita yang sudaah pernah menstruasi, namun tidak mengalami menstruasi dalam waktu yang berkisar antara 3 samapai 6 bulan
Dua kondisi pertama telah digambarkan sebagai amenore primer, sedangkan kondisi yang ketiga ditetapkan sebagai amenore sekunder.sementara terdapat sejumlah pendekatan yang berbeda dalam memahami, mendiagnosis, dan mengatasi amenore. Penyebab amenore diperkirakan berasal dari empat area anatomis :1. Saluran genetal (uterus dan vagina),2. Ovarium, 3. Kelenjar ovarium, 4.sistem saraf pusat (SSP). Secara  umum masalah yang berhubungan dengan aliran darah merupakan masalah sumbatan, sementara masalah ovrium, hipofisis, SSP dikaitkan dengan adanya gangguan dalam aksis hipotalamus  hipofisis-ovarium (HHO) yang mengendalikan proses neuro endrokin yang dibutuhkan dalam siklu menstruasi. Sumbatan secara umum dapat ditemukan melalui pengkajian fisik, sementara penyebab lain disingkirkan melalui analisis labolatorium dan terapi hormon.(helen varney,2007:339)
Penanganannya :
a)      Hindarkan kemungkinan hamil dengan memeriksa ada tidaknya tanda-tanda kehamilan. Lakukan pemeriksaaan dalam dan bila berlu periksalah dengan tes kehamilan.
b)      Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu, jelaskan bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim, penggunaan hormon progestin akan menyebabkan dinding rahim tidak terlepas, sehingga perdarahan haid tidak terjadi .Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan  karena tidak akan berhasil. Tunggu 3 – 6 bulan kemudian, bila tidak haid juga rujuk ke klinik.
c)      Bila tidak datangnya haid masih menjadi masalah beri nasehat pada klien untuk kembali ke klinik dan anjurkan dengan metode kontrasepsi lain.
d)     Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien, jelaskan bahwa hormon progestin tidak akan menimbulkan kelainan pada janin.
e)      Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera. (Saifuddin, 2003 : MK 46).
2.       Perdarahan bercak ( Spotting )
Spotting adalah perdarahan bercak di luar siklus haid yang disebabkan ketidak seimbangan hormon sehingga endometrium mengalami degenerasi. Gejala- gejala ini sering menyertai terapi progesteron, terutama selama beberapa bulan pemakaian, damn merupakan penyebab utama penghentian prematur. Penyebab patologis harus selalu diingat apabila perdarahan abnormal menetap, terutama pada wanita yang lebih tua. Infeksi panggul (terutama klamidia) dan kelainan saluran genetal (termasuk polip servic atau endometrium, fibroid submukosa, kanker servic atau endometrium) sebaiknya dipertimbangkan. Resiko kanker endometrium berkurang oleh sebagian besar, mungkin semua, metode progesteron.
Apabila resiko patologi intrauterus dianggap signifikan, maka pemindaian ultrasonografi transvagina dapat mengidentifikasikan penebalan “endometrium” akibat polip atau kanker. Histeroskopi atau biopsi endometrium bahkan akan memberi informasi yang lebih akurat mengenai kemungkinan patologi intrauterus dan endoserviks. Perlu diingat bahwa penyebab perdaran di luar siklus dan bercak darah yang berkaitan dengan metode itu sendiri.(Anna Gleiser dan Alisa Gebbie,2006:95)
Penanganannya :
a)      Lakukan pemeriksaan kehamilan, bila hamil hentikan penyuntikan dan rujuk klien, jelaskan bahwa hormon progestin tidak akan menimbulkan kelainan janin.
b)      Bila tidak hamil, jelaskan bahwa perdarahan yang terjadi merupakan hal yang biasa dan biasanya tidak memerlukan pengobatan.
c)      Bila klien tidak menerima penjelasan tersebut dan ingin melanjutkan penyuntikan, maka dapat diberikan pengobatan dengan siklus Pil kontrasepsi Kombinasi (30 – 35 mg ethinilestradiol), ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hari untuk 5 hari), atau obat sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai pengobatan Pil Kontrasepsi Kombinasi dapat terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan banyak selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet Pil kontrasepsi kombinasi/ hari selama 3 – 7 hari dilanjutkan dengan siklus Pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 mg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14 – 21 hari.
d)     Bila perdarahan/ spotting terus berlanjut setelah tidak haid, namun kemudian terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebabnya Perdarahan tersebut. Obatilah penyebab terjadinya perdarahan, tanyakan pada klien masih ingin melanjutkan suntikan dan bila tidak suntik jangan dilanjutkan lagi dan carikan kontrasepsi dan bila tidak, suntikan jangan dilanjutkan lagi dan carikan kontrasepsi lain, bila perlu lakukan pemeriksaan dalam dan inspekulo.
e)      Perdarahan/ perdarahan bercak dapat menyebabkan anemia, periksalah adanya tanda-tanda anemia conjungtiva yang puncat,ujung kuku pucat, rendahnya kadar hemoglobin. Untuk mencegah anemia perlu preparat besi atau makanan yang banyak mengandung zat besi. (Syaifudin, 2003:MK-45).
3.       Keluhan subyektif (mual, pusing, sakit kepala, muntah)
a)      Pastikan tidak terjadi kehamilan dengan pemeriksaan jasmani pemeriksaan dengan spekulum, bimanual dan tes kehamilan bila perlu.
b)      Bila hamil segera rujuk
c)      Bila tidak hamil, informasikan bahwa hal ini bersifat sementara dan akan hilang dalam waktu dekat
d)     Bila keluhan tidak hilang maka bisa diberikan pengobatan simptomatis atau gejala. (Depkes. RI, 2002).
4.       Perubahan berat badan
a)      Umumnya penambahan berat badan bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama.Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas tampaknya terjadi bertambanya lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan tubuh. Hipotesa para ahli: DMPA merangsang pusat pengendali makan di hipotalamus yang menyebabkan peserta makan banyak lebih dari biasanya. (Hanafi Hartanto, 2004:171)
Penanganannya :
1.    Informasikan bahwa kenaikan atau penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi.
2.    Untuk mencegah perubahan berat badan yang terlalu mencolok, perhatikan diet klien.
3.    Bila berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain (non hormonal). (Saifuddin, 2006:MK-48)
5.       Leukore
Leukore (White discharge, Flour Albus, Keputihan) adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarakan dari alat-alat genetalia yang tidak berupa darah. (Mansjoer, 2001 : 376).
Penangannnya :
a)      Berikan penjelasan penyebab terjadinya Leucorhea pada Peserta KB Suntik 3 bulanan. Progesteron floro dan Ph vagina sehingga jamur mudah tumbuh dalam vagina dan menimbulkan keputihan.
b)      Motivasi klien untuk menjaga kebersihan daerah vagina agar mikroorganisme tidak tumbuh dan berkembang.
c)      Diberikan preparat antibytotik melalui oral atau vagina misal albothyl, bila tidak menolong suntikan dihentikan.
6.       Acne atau jerawat
Jerawat kadang-kadang diperberat atau disebabkan oleh progesteron yang sedikit androgenik misalnya levonolgestrel atau NET. Perawatan kulit yang biasanya dap[at membawa wanita yang menggunakan kontrasepsimelewati masa penyesuaian dengan metode baru, walaupaun kadang kadang- kadang metode tersebut perlu dihentikan.
a)      Berikan konseling pada klien bahwa penyebab jerawat karena pengaruh progesteron yang dapat meningkatkan kadar lemak, untuk itu kurangi makanan yang berlemak dan menjaga kebersihan muka.
b)      Bila tidak hilang dan makin bertambah dianjurkan ganti cara kotrasepsi non hormonal.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar